MAKALAH AKUNTANSI INTERNASIONAL
UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Nama
: Muhammad Fahruroji
NPM
: 25213894
Kelas
: 4EB29
Mata
Kuliah : Akuntansi Internasional
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2017
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam perkembangan
ekonomi saat ini telah timbul berbagai macam adanya inflasi dalam perubahan
harga, Inflasi dapat didefinisikan sangat sederhana sebagai kenaikan tingkat
harga rata-rata untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Banyak dari
kita sangat menyadari fenomena ini. Inflasi merupakan fenomena dunia yang
banyak terjadi di negara berkembang, namun kecenderungan yang ada di negara
maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki penyimpanan dari
convensional historical cost accounting yang memasukkan unsur perubahan harga
dan inflasi pada pendapatan dan asset. Perubahan harga menimbulkan masalah bagi
akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan pemertahanan kapital. Masalah
penilaian berkaitan dengan dasar yang harus digunakan untuk mengukur nilai pos
pada suatu saat. Masalah unit pengukur berkaitan dengan perubahan daya beli
akibat perubahan tingkat harga umum. Masalah pemertahanan capital berkaitan
dengan pengertian laba sebagai selisih dua kapital yang harus ditentukan
jenisnya; financial atau fisis.
Akuntansi bagi
perubahan harga secara khusus berhubungan erat dengan manajer-manajer
perusahaan multinasional karena tingkat inflasi bervariasi secara substansial
antara suatu negara dengan negara lainnya, sehingga meningkatkan kemungkinan
dipengaruhinya pelaporan hasil-hasil operasi oleh efek-efek distorstif dari
inflasi. Pengaruh inflasi terhadap posisi keuangan dan kinerja perusahaan dapat
mengakibatkan tidak efisiennya keputusan operasional yang dibuat oleh manajer
yang tidak mengerti pengaruh dari inflasi itu sendiri. Dalam kaitannya dengan
posisi keuangan, aktiva keuangan seperti nilai kas akan berkurang nilainya
selama inflasi karena menurunnya daya beli. Konsekuensi-konsekuensi
internasional dari inflasi global sangat mengganggu. Karena inflasi telah
mengikis standar kehidupan sekarang ini yang memiliki penghasilan dan
memperumit pengambilan keputusan bisnis
secar signifikan, terjadinya kegelisahan politik sosial yang luas,
tekanan-tekanan ekonomis tidak di ragukan lagi tidak menyebabkan
pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi warna pada politik global
dalam kemajuan saat ini.
PEMBAHASAN
DEFINISI
PERUBAHAN HARGA
Untuk memahami makna
istilah perubahan harga (changing prices), kita harus membedakan antara
pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk ke
dalam perubahan harga. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara
rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami
perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian daya
beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation),
sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi (deflation). Sedangkan,
perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau jasa
tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran. Tingkat
harga yang stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak negara di dunia.
Meskipun perubahan harga terjadi diseluruh dunia, pengaruh terhadap pelaporan
bisnis dan keuangan berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.
DEFINISI
INFLASI
Dalam ilmu ekonomi,
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Ekspektasi kenaikan harga ini antara lain bisa disebabkan adanya kekhawatiran
konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif komoditas yang dikendalikan pemerintah,
seperti BBM, listrik, serta ketidaklancaran distribusi barang dan/atau
berkurangnya ketersediaan barang atau jasa sebagai akibat mahalnya biaya
transportasi atau miniminya infratstruktur yang memadai.
Laju inflasi lokal
dapat mempengaruhi kurs valuta asing yang digunakan untuk mentranslasikan
saldo-saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik. Sangat sulit untuk memisahkan translasi mata uang asing dan inflasi,
apabila dalam konteks akuntansi untuk operasi luar negeri.
PENYEBAB
TERJADINYA INFLASI
Inflasi dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1.
Tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar); dan
2.
Desakan atau tekanan produksi dan/atau
distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk
kurangnya distribusi).
Untuk sebab pertama
lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),
sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti
fiscal (perpajakan / pungutan / insentif / disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dan lain-lain.
Inflasi tarikan
permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang
berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas
di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku
bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
Inflasi desakan biaya
(cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga
termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada
perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran
distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan
normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian
yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya
masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dan lain-lain), bencana
alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tersebut,
aksi spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan produksi
yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada
distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang
sangat penting.
PENGGOLONGAN
INFLASI
Berdasarkan asalnya,
inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam
negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam
negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga
bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah
inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan
tarif impor barang.
Inflasi juga dapat
dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan
harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila
kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut
sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi
demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus
merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi). Berdasarkan
keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1.
Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2.
Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% /
tahun)
3.
Inflasi berat (antara 30% sampai 100% /
tahun)
4.
Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
PENYEBAB
LAPORAN KEUANGAN MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBHAN
HARGA
Selama periode inflasi,
nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan
nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah
menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih
tinggi. Dari sudut pandang manajemen, ketidak akuratan pengukuran tersebut
mendistorsi :
1.
Proyeksi keuangan yang didasarkan pada
data seri waktu historis;
2.
Anggaran yang menjadi dasar pengukuran
kinerja; dan
3.
Data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
Laba yang dinilai lebih
tersebut akan mengakibatkan :
1.
Kenaikan dalam proporsi pajak;
2.
Permintaan dividen lebih banyak dari
pemegang saham;
3.
Permintaan gaji dan upah yang lebih
tinggi dari para pekerja; dan
4.
Tindakan yang merugikan dari Negara tuan
rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Dan jika perusahaan
telah mendistribusikan labanya maka besar kemungkinan perusahaan tidak dapat
melakukan penggantian aktiva tertentu yang mengalami kenaikan harga karena
kekurangan sumber daya. Penyajian laporan keuangan yang tidak disesuaikan
dengan kemampuan daya beli ini juga akan mempengaruhi pembaca laporan dalam
menginterprestasikan dan membandingkan kinerja oprerasi perusahaan. Jika
pendapatan dicatat sesuai dengan nilai daya beli kini sedangkan biaya dicatat
sebesar daya beli historis akan membuat pengukuran laba yang tidak akurat.
Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian
daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (atau ekuivalennya) selama periode
inflasi. Pengakuan pengaruh inflasi secara eksplisit perlu dilakukan karena:
1.
Pengaruh perubahan harga sebagian
bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para
pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini.
2.
Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh
perubahan harga bergantung pada pamahaman yang akurat atas masalah tersebut.
Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam
kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.
3.
Laporan dari para manager mengenai
permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila
kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut.
Meskipun laju inflasi
melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi
yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi
masa lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang
kebanyakan aktiva.
JENIS
PENYESUAIAN INFLASI
Setiap jenis perubahan
harga memiliki pengarh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan
kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan
berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk pengaruh laporan keuangan atas perubahan
tingkat harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biayaa historis.
Sedangkan akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya
kini.
Adapun jenis dari
penyesuaian inflasi ada dua, yakni :
1)
Penyesuaian Tingkat Harga Umum, yaitu
jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya
beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya histories atau ekuivalen daya
beli umum.
2)
Penyesuaian biaya kini, yaitu pertama,
aktiva dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis. Kedua, laba
adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam
suatu periode (tanpa memperhitungkan kompenen pajak), namun tetap dapat
mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
SUDUT
PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara telah
mencoba metode akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual juga
mencerminkan pertimbangan pragmatis seperti parahnya laju inflasi nasional dan
pandangan pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh angka-angka
akuntansi inflasi.
1.
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB
mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting
Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”,
pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan
dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih
dari $1 miliar,untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli
konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini.
FASB menerbitkan
panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan
atas harga yang berubah. Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan
informasi berikut untuk 5 tahun terakhir :
1.
Penjualan bersih dan pendapatan operasi
lainnya;
2.
Laba dari operasi yang berjalan
berdasarkan dasar biaya kini;
3.
Keuntungan atau kerugian daya beli
(moneter) atas pos-pos moneter bersih;
4.
Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini
atau jumlah yang dapat dipulihkan (jumlah kas bersih yang diperkirakan akan
dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari
persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga
umum);
5.
Setiap agregat penyesuaian translasi
mata uang asing, berdasarkan biya kini, yang timbul dari proses konsolidasi;
6.
Aktiva bersih pada akhir tahun menurut
dasar biaya kini;
7.
Laba per saham (dari operasi berjalan)
menurut dasar biaya kini;
8.
Dividen per saham biasa;
9.
Harga pasar akhir tahun per lembar saham
biasa; dan
10.
Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer
Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.
Untuk meningkatkan daya banding data tersebut,informasi dapat disajikan dalam
ekuivalen daya beli rata-rata (atau akhir tahun), atau Dollar periode dasar
(1967) yang digunakan dalam menghitung CPI.
2.
Inggris
Komite Standar
Akuntansi Inggris (Accounting Standard Commitee-ASC) menerbitkan Pernyataan
Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting Practice- SSAP
16), ”Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980.
SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal. Laporan
biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini,
beserta catatan penjelasan. Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan
pelaporan :
1.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis;
2.
Menyajikan akun-akun biaya historis
sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini; dan
3.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dalam perlakuan
keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter SSAP 16 mengharuskan dua
angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu :
1.
Penyesuaian modal kerja moneter
(Monetary Working Capital Adjustment-MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga
khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam
operasainya; dan
2.
Mekanisme penyesuaian, memungkinkan
pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva non moneter perusahaan
(seperti depresiasi, harga pokok penjualan, dan modal kerja moneter). Mekanisme
penyesuaian mengakui bahwa laporan laba rugi tidak memerlukan biaya penggantian
tambahan aktiva operasi sejauh aktiva tersebut didanai melalui utang.
3.
Brasil
Akuntansi inflasi yang
direkomendasikan di Brasil mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan, yaitu :
1. Hukum Perusahaan Brasil
Menyajikan ulang
akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks
harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang
local.
2. Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil
Mewajibkan metode
akuntansi untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan
publik harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode
dengan menggunakan mata uang fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat
harga umum yang berlaku mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang
lokal nominal. Juga :
1.
Persediaan dikategorikan sebagai aktiva
non moneter dan diukur ulang dengan menggunakan mata uang fungsional;
2.
Pos-pos moneter yang tidak dikenakan
bunga dengan masa jatuh tempo yang melebihi 90 hari didiskontokan menjadi nilai
kini untuk mengalokasikan keuntungan dan kerugian inflasi yang terjadi ke dalam
periode akuntansi yang memadai; dan
3.
Penyesuaian neraca direklasifikasikan
juga ke dalam pos-pos terkait dalam laporan laba rugi.
4.
Belanda
Di Belanda, orang-orang
telah mengetahui akuntansi nilai sekarang sejak lama. Pendidikan yang ekstensif
bagi para akuntan dalam ekonomi bisnis menghasilkan filosofi akuntansi yang
difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang dan dengan prinsip dan praktek
ekonomi bisnis. Walaupun tidak diperlukan persyaratan untuk menggunakan
akuntansi nilai sekarang, sebagai informasi utama atau tambahan, terdapat
beberapa faktor pendukung untuk memakainya. Alasan digunakannya akuntansi nilai
sekarang (Melibatkan teori Professor Theodore Limperg, yang sering disebut
sebagai Bapak teori nilai ganti karena dari hasil kerjanya di Belanda tahun
1920 dan 1930). Beliau memfokuskan diri pada hubungan yang kuat antara ekonomi
dan akuntansi dan percaya bahwa pendapatan tidak bisa dicari tanpa memelihara
sumber pendapatan bisnis dari pertimbangan yang dilakukan.
Belanda belajar dari
pengalaman pada perusahaan multinasional besar yaitu Philips, yang merupakan
pelopor laporan keuangan nilai sekarang. Faktanya, Philips pertama kali
menggunakan pendekatan ini tahun 1936 untuk tujuan akuntansi biaya internal dan
memperkenalkannya tahun 1952 ke dalam laporan utama untuk tujuan pelaporan
keuangan. Namun pada tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk kembali pada
akuntansi biaya historis yang akan memperbaiki komunikasi para pemegang saham
dan lebih dekat dengan praktek akuntansi internasional.
Nilai sekarang
ditentukan oleh departemen penjualan untuk aktiva tetap (baik tersendiri atau
dalam kelompok sejenis), oleh departemen produksi untuk sejumlah peralatan
desain khusus, dan oleh desain bangunan dan gedung departemen produksi untuk
bangunan. Pada kasus persediaan, indeks biasanya digunakan untuk memperbaharui
nilai sekarang dari kelompok aktiva sejenis. Penambahan (atau pengurangan)
dalam nilai persediaan dan aktiva tetap untuk perubahan harga tertentu dikredit
(didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca dibandingkan ke laporan laba
rugi. Akibat perubahan nilai sekarang ini ditunjukkan dalam laporan laba rugi
sebagai harga pokok penjualan yang lebih tinggi atau lebih rendah (sebagai
hasil penambahan atau pengurangan dalam harga persediaan) dan biaya depresiasi
yang lebih tinggi atau lebih rendah.
ISU-ISU
MENGENAI INFLASI
Terdapat empat isu
akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat isu itu adalah:
1.
Apakah dolar konstan atau biaya kini
yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi;
2.
Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan
dan kerugian inflasi;
3.
Akuntasi inflasi luar negeri; dan
4.
Menghindari fenomena kejatuhan ganda
PROSPEK
PERKEMBANGAN AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA DAN INFLASI
Signifikansi keberadaan
tingkat inflasi dan perubahan harga di beberapa Negara mengesankan bahwa
kebutuhan dan penggunaan sistem akuntansi inflasi tampaknya menyisakan sejumlah
kontroversi dalam pendugaan masa depan.
Meskipun akuntansi daya
beli umum telah digunakan di beberapa negara Amerika Latin yang berinflasi
tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi biaya sekarang atau regulasi di
Inggris dan Amerika Serikat pada tingkat nasional yang menyelamatkan kemusnahan
penelitian akuntansi inflasi pada tahun 1980-an. Namun beberapa perusahaan
Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela. Kontroversi, hal ini
masih meliputi banyak aspek akuntansi nilai sekarang, khususnya dengan
perubahan perlengkapan dan pemeliharaan keuntungan dan kerugian pos–pos
moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan dari
luar negeri dan verifikasi nilai sekarang perusahaan industri yang mengalami
perubahan teknologi dengan cepat.
Pemberian perhatian
baru-baru ini pada akuntansi nilai sekarang atau nilai wajar, diharapkan akan
menjadi sejumlah percobaan masa depan dengan berbagai jenis perubahan sistem
akuntansi harga. Selain itu, mungkin juga menjadi pertumbuhan apresiasi keadaan
dimana pendekatan alternatif mungkin atau tidak mungkin atau berguna dalam
mengukurlaba dan asset. Kegunaan dari harga jual atau harga keluar dalam
konteks perubahan harga, terutama dengan memperhatikan nilai properti atau
investasi, juga akan diapresiasikan dengan lebih baik. Selain itu, menjadi
tanggung jawab untuk menggunakan sumberinformasi relevan lainnya seperti arus
kas.
PENUTUP
KESIMPULAN
Inflasi merupakan
fenomena dunia yang banyak terjadi di negara berkembang, namun kecenderungan
yang ada di negara maju mengadopsi “akuntansi inflasi” untuk memperbaiki
penyimpangan dari convensional historical cost accounting yang memasukkan unsur
perubahan harga dan inflasi pada pendapatan dan asset. Perubahan harga
menimbulkan masalah bagi akuntansi dalam hal penilaian, unit pengukur, dan
pemertahanan kapital. Konsekuensi-konsekuensi internasional dari inflasi global
sangat mengganggu. Karena inflasi telah mengikis standar kehidupan sekarang ini
yang memiliki penghasilan dan memperumit pengambilan keputusan bisnis secar signifikan, terjadinya kegelisahan
politik sosial yang luas, tekanan-tekanan ekonomis tidak di ragukan lagi tidak
menyebabkan pergolakan-pergolakan politik yang telah memberi warna pada politik
global dalam kemajuan saat ini. Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia telah
mencoba berbagai cara yang potensial untuk menanggulangi inflasi. Diantaranya
adalah kebijakan moneter dan fiskal yang restriktif, peraturan-peraturan yang
ditujukan untuk mengendalikan upah dan harga-harga, dan aktivitas-aktivitas
pengaturan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Choi, Frederick D.S and
Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 1.Salemba Empat. Jakarta.
http://astrisridayanti.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-internasional-akuntansi.html
http://dokumen.tips/documents/akuntansi-internasional-untuk-perubahan-harga-dan-inflasi.html
http://isnanaina.blogspot.co.id/2014/11/akuntansi-internasional.html